Minggu, 27 September 2015

Senin Kali Ini.

Hari sudah berganti Minggu.

Kenapa dengan hari Minggu? Ada apa  dengan Minggu.
Simply, because its weekend. Am I happy? Harusnya happy, karena hanya di hari Minggu aku libur.
Tapi happy gak berlaku untuk malam Minggu atau hari Minggu kali ini.

Kenapa?

Apakah karena malam Minggu kali ini gak ada acara malem Mingguan yang berarti di luar rumah, tentu tidak. Malam Minggu kali ini malah aku ngerasa happy banget bisa ngumpul sama keluarga sekaligus bisa masak bistik jawa resep mama, walaupun pastinya masakan kami gak seenak masakan mama. Karena masakan seorang ibu pastinya adalah makanan terenak di dunia bagi anak. Setidaknya mengobati kangen kami dengan masakan mama.


Oke sampai sini aja ngomongin bistik.

Kenapa gak happy? Apa karena belum ada rencana untuk piknik, me time, atau sekedar doing nothing at home yang bisa mengusir penat.


Lalu?


Semua karena Senin.
Sepertinya Senin kali ini bukan seperti Senin biasanya.
Senin yang dibenci hanya sekedar kembali ke rutinitas pekerjaan. Atau Senin yang dibenci karena kembali membayangkan bertu dengan orang2 yang tak disuka.

Bukan.

Senin kali ini mungkin akan sedikit mengubah hidup. Atau banyak.
Mungkin.

Yah sepertinya Sang Sutradara Hidup sedang tidak ingin aku terus berada dalam comfort zone. Aku diharuskanNya untuk terus bergerak, berubah, bergerak, dan berubah.
Tapi terkadang proses menuju berubah itu yang tidak menyenangkan.

Terkadang sering bertanya dalam hati, ' sebenarnya saya sedang di bawa ke mana, Tuhan?'.
Tentu tak dapat secepatnyanmendapat jawaban atas pertanyaanku.


Sabtu pagi tadi aku mencoba membuat secangkir kopi untuk mengusir penat.
Tapi nikmat secangkir kopi yang hanya berapa menit itu harus dibayar mahal dengan sakit kepala seharian dan diakhiri insomia.
Sebutir obat sakit kepalapun tak mempan.

Kerjaan di hari Sabtu yang tak terlalu memuaskan.
Sedikit debat tak berarti dengan kakak.
Puluhan kata tak enak ditujukan ke pada karyawan.
Dan kurang senyum ke pada pelanggan.

Yah semuanya gara-gara hari Senin.

Sepertinya piknik ke Jogja pun tak sanggup mengubah Senin nanti akan jadi lebih baik.

Mungkin hanya ketakutanku saja. Atau mungkin yang kutakutkan benar.

Baikllah, saya pasrah, Tuhan.
Pasrah bukan berarti menyerah kan?

Doakan ya untuk hasil yang terbaik.
Semoga Senin nanti bukan sekedar Senin yang dapat aku lalui tetapi menjadi Senin yang menentukan hidup ke depan jauh lebih baik.
Aamiin : )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar